Rest Area Gunung Mas

Sebuah catatan tercecer dibalik kisah Rest Area Gunung Mas. Ketika akhir tahun 2017 kawasan Puncak Bogor dilanda longsor, termasuk di kawasan Puncak Pas, menjadi sorotan Menteri PUPR yang didamping oleh Dirjen Bina Marga saat itu Dr. Ir Arie Setiadi Moerwanto, M.Sc. saat kunjungan tersebut ketika turun kembali ke arah Jakarta, pas area kawasan wisatan Gunung Mas, berseberangan denga lapangan paralayang, sedang ada kegiatan cut and fill, sisi perbatasan kawasab kebun teh dengan perumahan pekerja perkebunan. Ternyata kegiatan tersebut dalam rangka membangun rest area untuk relokasi PKL yang berada di sekitar kawasan Puncak. Sontak lebih mengejutkan kembali selain kegiatan cut and fill, juga desain kios pedagang dibuat berderat seperti gerbong kereta, yang tidak memperdulikan kondisi lahan yang berkontur, dan sumber air bersih yang melalui kawasan tersebut juga hampir terganggu.

Saat itu, Menteri PUPR meminta Kabalitbang untuk menugaskan Puskim menangani disain Rest Area pada kawasan tersebut. Selanjutnya Desain alternatif pertama diajukan kepada Bupati Bogor dengan Komut PTPN VIII, yang sudah lama dikenal oleh Tim, karena ada keterkaitan dengan teknologi Risha, ketika tahun 2004. Namun dari hasil pertemuan tersebut, baik daei Bupati maupun dari Komut PTPN VIII ada permintaan untuk meningkatkan daya tampung dengan memperluas kawasan ke arah atas, sehingga bersatu dengan kawasan wisata Gunung Mas yang sudah ada. Maka diajukanlah desin versi kedua, dengan mempertahankan keberadaan aliran air dan ditampung dalam kolam retensi, serta desain yang mempertimbangkan karakteristik kontur, sehingga desain tersebut mendapat persetujuan darai berbagai pihak, selain Bupati Bogor, Komut PTPN, juga Dirjen Bina Marga. Kemudian menteri PUPR, menindaklanjuti dengan menugaskan Bina Marga melalui salah satu Direkturnya Ir. Atyanto untuk membuat konstruksi jalan dan drainase sesuai dengan desai, sedangkan Cipta Karya membangun Mesdjid dan DED kawasan , sedangkan Pemda Kabupaten Bogor membangun kios-kios yang memiliki konsep Lumbung Padi Urang Sunda.

Konsep yang diadopsi dalam penataan PKL di kawasan Puncak adalah kampung adat masyarakat Sunda, baik dari Masyarakat Baduy, Kampung Naga, Kampung Dukuh, dan kampung-kampung tradisional lainnya. Konsep tersebut tidak hanya pada konsep bangunan seperti kios-kiosnya, tapi juga desain kawasan site plan, mengacu pada kampung-kampung trandisional di Jawa Barat.

Realisasi desain Rest Area Puncak dibantu oleh Tim Balai yang dipimpin oleh Kuswara ST., M.Sc sebagai kepala balai pada saat itu. Ada satu bagian yang belum terealisasi, yakni tempat parkir yang ditempatkan pada sisi kiri dari arah jalan, kawasan parkir yang disatukan dengan kawasan tempat mendaratnya kegiatan oleh raga paralayang, antara dua kawasan tersebut dihubungkan dengan jalan tembus melalui terowongan. (ars 17 Februari 2022).

desain Perubahan setelah penambahan luas kawasan dan penambahan kios untuk menampung PKL yang lebih banyak

Tinggalkan komentar